Playlist


Get a playlist! Standalone player Get Ringtones

Waktu Dunia

Sabtu, 31 Mei 2008

Karya Tulis

BAB 1 PENDAHULUAN


A. Latar Belakang

Meskipun memang agak susah untuk mendefinisikan apa itu gunung berapi atau gunung api, namun secara umum istilah tersebut dapat didefinisikan sebagai suatu sistem saluran fluida panas (batuan dalam wujud cair atau lava) yang memanjang dari kedalaman sekitar 10 km di bawah permukaan bumi sampai ke permukaan bumi, termasuk endapan hasil akumulasi material yang dikeluarkan pada saat dia meletus.
Apabila gunung berapi meletus, magma yang terkandung di dalam kamar magmar di bawah gunung berapi meletus keluar sebagai lahar atau lava. Selain daripada aliran lava, kemusnahan oleh gunung berapi disebabkan melalui pelbagai cara seperti berikut:
Aliran lava.
Letusan gunung berapi.
Aliran lumpur.
Abu.
Kebakaran hutan.
Gas beracun.
Gelombang tsunami.
Gempa bumi.
Pada saat ini badan vulkanologi belum dapat memastikan kapan suatu gunung berapi akan meletus, karena manusia hanya dapat memprediksi berdasarkan gejala yang diperoleh. Selain itu warga disekitar gunung api juga masih ada yang belum tahu cara menanggulangi sebelum terjadi letusan dan setelah terjadi letusan.

B. Masalah
Berdasarkan latar belakang di atas maka akan timbul masalah :
Pengertian Gunung Api ?
Kapan Gunung Api Terjadi ?
Dimana Gunung Api Terjadi ?
Mengapa Gunung Api Terjadi ?
Bagaimana Gunung Api Terbentuk ?
Apa Bahaya dari Gunung Api ?
Bagaimana Cara Penanggulangan Bencana Gunung Api ?

C. TUJUAN
Tujuan masalah yang dibahas dalam karya tulis ini adalah untuk mengetahui arti dari gunung api, bahaya dari gunung Api, dan cara menanggulanginya. Agar para penduduk di sekitar gunung berapi dapat mengetahui ciri-ciri gunung meletus sehingga dapat mengurangi kehilangan harta dan nyawa.
D. CARA PENGUMPULAN DATA
Penulis memperoleh data dari Internet Dari Web id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Berapi ,merapi.vsi.esdm.go.id, www.geocities.com, www.arrahmah.com, dan dari Encarta Premium 2006

E. Ruang Lingkup
Ruang lingkup pada karya tulis ini mencakup tentang pengertian gunung api, cara terbentuknya, bahaya-bahaya yang ditimbulkan bila terjadi gunung meletus, dan cara menanggulanginya bila terjadi gunung meletus.


BAB II PEMBAHASAN
A. APA ITU GUNUNG API?
Gunung api adalah lubang kepundan atau rekahan dalam kerak bumi tempat keluarnya cairan magma atau gas atau cairan lainnya ke permukaan bumi. Matrial yang dierupsikan ke permukaan bumi umumnya membentuk kerucut terpancung.Gunung api diklasifikasikan ke dalam dua sumber erupsi, yaitu (1) erupsi pusat, erupsi keluar melalui kawah utama; dan (2) erupsi samping, erupsi keluar dari lereng tubuhnya; (3) erupsi celah, erupsi yang muncul pada retakan/sesar dapat memanjang sampai beberapa kilometer; (4) erupsi eksentrik, erupsi samping tetapi magma yang keluar bukan dari kepundan pusat yang menyimpang ke samping melainkan langsung dari dapur magma melalui kepundan tersendiri.Berdasarkan tinggi rendahnya derajat fragmentasi dan luasnya, juga kuat lemahnya letusan serta tinggi tiang asap, maka gunung api dibagi menjadi beberapa tipe erupsi: (1) Tipe Hawaiian, yaitu erupsi eksplosif dari magma basaltic atau mendekati basalt, umumnya berupa semburan lava pijar, dan sering diikuti leleran lava secara simultan, terjadi pada celah atau kepundan sederhana; (2) Tipe Strombolian, erupsinya hampir sama dengan Hawaiian berupa semburan lava pijar dari magma yang dangkal, umumnya terjadi pada gunung api sering aktif di tepi benua atau di tengah benua; (3) Tipe Plinian, merupakan erupsi yang sangat ekslposif dari magma berviskositas tinggi atau magma asam, komposisi magma bersifat andesitik sampai riolitik.Material yang dierupsikan berupa batu apung dalam jumlah besar; (4) Tipe Sub Plinian, erupsi eksplosif dari magma asam/riolitik dari gunung api strato, tahap erupsi efusifnya menghasilkan kubah lava riolitik. Erupsi subplinian dapat menghasilkan pembentukan ignimbrit; (5) Tipe Ultra Plinian, erupsi sangat eksplosif menghasilkan endapan batu apung lebih banyak dan luas dari Plinian biasa; (6) Tipe Vulkanian, erupsi magmatis berkomposisi andesit basaltic sampai dasit, umumnya melontarkan bom-bom vulkanik atau bongkahan di sekitar kawah dan sering disertai bom kerak-roti atau permukaannya retak-retak. Material yang dierupsikan tidak melulu berasal dari magma tetapi bercampur dengan batuan samping berupa litik; (7) Tipe Surtseyan dan Tipe Freatoplinian, kedua tipe tersebut merupakan erupsi yang terjadi pada pulau gunung api, gunung api bawah laut atau gunung api yang berdanau kawah. Surtseyan merupakan erupsi interaksi antara magma basaltic dengan air permukaan atau bawah permukaan, letusannya disebut freatomagmatik. Freatoplinian kejadiannya sama dengan Surtseyan, tetapi magma yang berinteraksi dengan air berkomposisi riolitik.Bentuk dan bentang alam gunung api, terdiri atas : bentuk kerucut, dibentuk oleh endapan piroklastik atau lava atau keduanya; bentuk kubah, dibentuk oleh terobosan lava di kawah, membentuk seperti kubah; kerucut sinder, dibentuk oleh perlapisan material sinder atau skoria; maar, biasanya terbentuk pada lereng atau kaki gunung api utama akibat letusan freatik atau freatomagmatik; plateau, dataran tinggi yang dibentuk oleh pelamparan leleran lava.
Penampang suatu gunung api dan bagian-bagiannya.(Modifikasi dari Krafft, 1989)
Struktur gunung api, terdiri atas : (1) struktur kawah adalah bentuk morfologi negatif atau depresi akibat kegiatan suatu gunung api, bentuknya relatif bundar; (2) kaldera, bentuk morfologinya seperti kawah tetapi garis tengahnya lebih dari 2 km. Kaldera terdiri atas : kaldera letusan, terjadi akibat letusan besar yang melontarkan sebagian besar tubuhnya; kaldera runtuhan, terjadi karena runtuhnya sebagian tubuh gunung api akibat pengeluaran material yang sangat banyak dari dapur magma; kaldera resurgent, terjadi akibat runtuhnya sebagian tubuh gunung api diikuti dengan runtuhnya blok bagian tengah; kaldera erosi, terjadi akibat erosi terus menerus pada dinding kawah sehingga melebar menjadi kaldera; (3) rekahan dan graben, retakan-retakan atau patahan pada tubuh gunung api yang memanjang mencapai puluhan kilometer dan dalamnya ribuan meter. Rekahan parallel yang mengakibatkan amblasnya blok di antara rekahan disebut graben; (4) depresi volkano-tektonik, pembentukannya ditandai dengan deretan pegunungan yang berasosiasi dengan pembentukan gunung api akibat ekspansi volume besar magma asam ke permukaan yang berasal dari kerak bumi. Depresi ini dapat mencapai ukuran puluhan kilometer dengan kedalaman ribuan meter.

Tipe Letusan Gunung api
Bentuk Gunungapi



B. KAPAN GUNUNG API TERJADI ?
Gunung api terbentuk sejak jutaan tahun lalu hingga sekarang. Pengetahuan tentang gunung api berawal dari perilaku manusia dan manusia purba yang mempunyai hubungan dekat dengan gunung api. Hal tersebut diketahui dari penemuan fosil manusia di dalam endapan vulkanik dan sebagian besar penemuan fosil itu ditemukan di Afrika dan Indonesia berupa tulang belulang manusia yang terkubur oleh endapan vulkanik.Sebagai contoh banyak ditemukan kerangka manusia di kota Pompeii dan Herculanum yang terkubur oleh endapan letusan G. Vesuvius pada 79 Masehi. Fosil yang terawetkan baik pada abu vulkanik berupa tapak kaki manusia Australopithecus berumur 3,7 juta tahun di daerah Laetoli, Afrika Timur. Penanggalan fosil dari kerangka manusia tertua, Homo babilis berdasarkan potassium-argon (K-Ar) didapat umur 1,75 juta tahun di daerah Olduvai. Penemuan fosil yang diduga sebagai manusia pemula Australopithecus afarensis berumur 3,5 juta tahun di Hadar, Ethiopia, dan penanggalan umur benda purbakala tertua yang terbuat dari lava berumur 2,5 juta tahun ditemukan di Danau Turkana, Afrika Timur. Perkembangan benda-benda purba dari yang sederhana kemudian meningkat menjadi benda-benda yang disesuaikan dengan kebutuhan sehari-hari, seperti pemotong, kapak tangan dan lainnya, terbuat dari obsidian yang berumur Paleolitik Atas.

C. DIMANA GUNUNG API TERJADI ?
Gunung api terbentuk pada empat busur, yaitu busur tengah benua, terbentuk akibat pemekaran kerak benua; busur tepi benua, terbentuk akibat penunjaman kerak samudara ke kerak benua; busur tengah samudera, terjadi akibat pemekaran kerak samudera; dan busur dasar samudera yang terjadi akibat terobosan magma basa pada penipisan kerak samudera.
Penampang yang memperlihat kan batas lempeng utama dengan dengan pembentukan busur gunung api. (Modifikasi dari Krafft, 1989)

D. MENGAPA TERJADI GUNUNG API ?
Pengetahuan tentang tektonik lempeng merupakan pemecahan awal dari teka-teki fenomena alam termasuk deretan pegunungan, benua, gempa bumi dan gunung api. Planet bumi mepunyai banyak cairan dan air di permukaan. Kedua factor tersebut sangat mempengaruhi pembentukan dan komposisi magma serta lokasi dan kejadian gunungapi. Panas bagian dalam bumi merupakan panas yang dibentuk selama pembentukan bumi sekitar 4,5 miliar tahun lalu, bersamaan dengan panas yang timbul dari unsure radioaktif alami, seperti elemen-elemen isotop K, U dan Th terhadap waktu. Bumi pada saat terbentuk lebih panas, tetapi kemudian mendingin secara berangsur sesuai dengan perkembangan sejarahnya. Pendinginan tersebut terjadi akibat pelepasan panas dan intensitas vulkanisma di permukaan. Perambatan panas dari dalam bumi ke permukaan berupa konveksi, dimana material-material yang terpanaskan pada dasar mantel, kedalaman 2.900 km di bawah muka bumi bergerak menyebar dan menyempit disekitarnya. Pada bagian atas mantel, sekitar 7 35 km di bawah muka bumi, material-material tersebut mendingin dan menjadi padat, kemudian tenggelam lagi ke dalam aliran konveksi tersebut. Litosfir termasuk juga kerak umumnya mempunyai ketebalan 70 120 km dan terpecah menjadi beberapa fragmen besar yang disebut lempeng tektonik. Lempeng bergerak satu sama lain dan juga menembus ke arah konveksi mantel. Bagian alas litosfir melengser di atas zona lemah bagian atas mantel, yang disebut juga astenosfir. Bagian lemah astenosfir terjadi pada saat atau dekat suhu dimana mulai terjadi pelelehan, kosekuensinya beberapa bagian astenosfir melebur, walaupun sebagian besar masih padat. Kerak benua mempunyai tebal lk. 35 km, berdensiti rendah dan berumur 1 2 miliar tahun, sedangkan kerak samudera lebih tipis (lk. 7 km), lebih padat dan berumur tidak lebih dari 200 juta tahun. Kerak benua posisinya lebih di atas dari pada kerak samudera karena perbedaan berat jenis, dan keduanya mengapung di atas astenosfir.
Penampang bumi. Kerak yang menindih mantel hampir seluruhnya terdiri dari oksida yang tidak melebur. Proses vulkanik membawa fragmen batuan ke permukaan dari kedalaman lk. 200 km melalui mantel, hal tersebut ditunjukkan dengan adanya mineral-mineral olivine, piroksen dan garnet dalam peridotit pada bagian atas mantel. (Modifikasi dari Krafft, 1989; Sigurdsson, 2000).


E. BAGAIMANA GUNUNG API TERBENTUK ?
Pergerakan antar lempeng ini menimbulkan empat busur gunung api berbeda :
1.
Pemekaran kerak benua, lempeng bergerak saling menjauh sehingga memberikan kesempatan magma bergerak ke permukaan, kemudian membentuk busur gunung api tengah samudera.
2.
Tumbukan antar kerak, dimana kerak samudera menunjam di bawah kerak benua. Akibat gesekan antar kerak tersebut terjadi peleburan batuan dan lelehan batuan ini bergerak ke permukaan melalui rekahan kemudian membentuk busur gunung api di tepi benua.
3.
Kerak benua menjauh satu sama lain secara horizontal, sehingga menimbulkan rekahan atau patahan. Patahan atau rekahan tersebut menjadi jalan ke permukaan lelehan batuan atau magma sehingga membentuk busur gunung api tengah benua atau banjir lava sepanjang rekahan.
4.
Penipisan kerak samudera akibat pergerakan lempeng memberikan kesempatan bagi magma menerobos ke dasar samudera, terobosan magma ini merupakan banjir lava yang membentuk deretan gunung api perisai.

Penampang diagram yang memper lihatkan bagaimana gunung api ter bentuk di permukaan melalui kerak benua dan kerak samudera serta mekanisme peleburan batuan yang menghasilkan busur gunung api, busur gunung api tengah samudera, busur gunung api tengah benua dan busur gunung api dasar samudera. (Modifikasi dari Sigurdsson, 2000).

Di Indonesia (Jawa dan Sumatera) pembentukan gunung api terjadi akibat tumbukan kerak Samudera Hindia dengan kerak Benua Asia. Di Sumatra penunjaman lebih kuat dan dalam sehingga bagian akresi muncul ke permukaan membentuk pulau-pulau, seperti Nias, Mentawai, dll. (Modifikasi dari Katili, 1974).

F. BAHAYA GUNUNG API
Bahaya letusan gunung api dapat berpengaruh secara langsung (primer) dan tidak langsung (sekunder) yang menjadi bencana bagi kehidupan manusia. Bahaya yang langsung oleh letusan gunung api adalah :
1.
Leleran lava
leleran lava merupakan cairan lava yang pekat dan panas dapat merusak segala infrastruktur yang dilaluinya. Kecepatan aliran lava tergantung dari kekentalan magmanya, makin rendah kekentalannya, maka makin jauh jangkauan alirannya. Suhu lava pada saat dierupsikan berkisar antara 800o 1200o C. Pada umumnya di Indonesia, leleran lava yang dierupsikan gunung api, komposisi magmanya menengah sehingga pergerakannya cukup lamban sehingga manusia dapat menghindarkan diri dari terjangannya.

Leleran lava dapat merusak segala bentuk infrastruktur. Foto Macdonald.

2.
Aliran piroklastik (awan panas)
aliran piroklastik dapat terjadi akibat runtuhan tiang asap erupsi plinian, letusan langsung ke satu arah, guguran kubah lava atau lidah lava dan aliran pada permukaan tanah (surge). Aliran piroklastik sangat dikontrol oleh gravitasi dan cenderung mengalir melalui daerah rendah atau lembah. Mobilitas tinggi aliran piroklastik dipengaruhi oleh pelepasan gas dari magma atau lava atau dari udara yang terpanaskan pada saat mengalir. Kecepatan aliran dapat mencapai 150 250 km/jam dan jangkauan aliran dapat mencapai puluhan kilometer walaupun bergerak di atas air/laut.


Awan panas mempunyai mobilitas dan suhu tinggi sangat berbahaya bagi penduduk sekitar gunung api.


3.
Jatuhan piroklastik
Jatuhan piroklastik terjadi dari letusan yang membentuk tiang asap cukup tinggi, pada saat energinya habis, abu akan menyebar sesuai arah angin kemudian jatuh lagi ke muka bumi. Hujan abu ini bukan merupakan bahaya langsung bagi manusia, tetapi endapan abunya akan merontokkan daun-daun dan pepohonan kecil sehingga merusak agro dan pada ketebalan tertentu dapat merobohkan atap rumah. Sebaran abu di udara dapat menggelapkan bumi beberapa saat serta mengancam bahaya bagi jalur penerbangan.

Hujan abu dapat merusak tanaman, merobohkan rumah, mengganggu pernafasan dan membahayakan jalur penerbangan pesawat. (Foto Krafft)

4.
Lahar letusan
Lahar letusan terjadi pada gunung api yang mempunyai danau kawah. Apabila volume air alam kawah cukup besar akan menjadi ancaman langsung saat terjadi letusan dengan menumpahkan lumpur panas.
5.
Gas vulkanik beracun
Gas beracun umumnya muncul pada gunung api aktif berupa CO, CO2, HCN, H2S, SO2 dll, pada konsentrasi di atas ambang batas dapat membunuh.

Pengeluaran gas CO2 di G. Dieng membunuh banyak penduduk.

Bahaya sekunder, terjadi setelah atau saat gunung api aktif:
1.
Lahar Hujan
Lahar hujan terjadi apabila endapan material lepas hasil erupsi gunung api yang diendapkan pada puncak dan lereng, terangkut oleh hujan atau air permukaan. Aliran lahar ini berupa aliran lumpur yang sangat pekat sehingga dapat mengangkut material berbagai ukuran. Bongkahan batu besar berdiameter lebih dari 5 m dapat mengapung pada aliran lumpur ini. Lahar juga dapat merubah topografi sungai yang dilaluinya dan merusak infrastruktur.

2.

Banjir bandang

Banjir bandang terjadi akibat longsoran material vulkanik lama pada lereng gunung api karena jenuh air atau curah hujan cukup tinggi. Aliran lumpur disini tidak begitu pekat seperti lahar, tapi cukup membahayakan bagi penduduk yang bekerja di sungai dengan tiba-tiba terjadi aliran lumpur.
3.
Longsoran vulkanik
Longsoran vulkanik dapat terjadi akibat letusan gunung api, eksplosi uap air, alterasi batuan pada tubuh gunung api sehingga menjadi rapuh, atau terkena gempa bumi berintensitas kuat. Longsoran vulkanik ini jarang terjadi di gunung api secara umum sehingga dalam peta kawasan rawan bencana tidak mencantumkan bahaya akibat Longsoran vulkanik.

Lahar G. Galunggung 1982 menghanyutkan rumah-rumah dan menguburnya.

G. PENANGGULANGAN BENCANA GUNUNG API
Dalam penanggulangan bencana letusan gunung api dibagi menjadi tiga bagian, yaitu persiapan sebelum terjadi letusan, saat terjadi letusan dan sesudah terjadi letusan.
1.
Sebelum terjadi letusan dilakukan :

Pemantaun dan pengamatan kegiatan pada semua gunung api aktif,
Pembuatan dan penyediaan Peta Kawasan Rawan Bencana dan Peta Zona Resiko Bahaya Gunung api yang didukung dengan Peta Geologi Gunung api,
Melaksanakan prosedur tetap penanggulangan bencana letusan gunung api,
Melakukan pembimbingan dan pemeberian informasi gunung api,
Melakukan penyelidikan dan penelitian geologi, geofisika dan geokimia di gunung api,
Melakukan peningkatan sumber daya manusia dan pendukungnya seperti peningkatan sarana dan prasarananya.
2.
Setelah terjadi letusan :

Menginventarisir data, mencakup sebaran dan volume hasil letusan,
Mengidentifikasi daerah yang terancam bahaya,
Memberikan saran penanggulangan bahaya,
Memberikan penataan kawasan jangka pendek dan jangka panjang,
Memperbaiki fasilitas pemantauan yang rusak,
Menurunkan status kegiatan, bila keadaan sudah menurun,
Melanjutkan memantauan rutin.



KLASIFIKASI GUNUNG API DI INDONESIA
1.
Tipe A
Gunung api yang pernah mengalami erupsi magmatik sekurang-kurangnya satu kali sesudah tahun 1600
2.
Tipe B
Gunung api yang sesudah tahun 1600 belum lagi mengadakan erupsi magmatik, namun masih memperlihatkan gejala kegiatan seperti kegiatan solfatara
3.
Tipe C
Gunung api yang erupsinya tidak diketahui dalam sejarah manusia, namun masih terdapat tanda-tanda kegiatan masa lampau berupa lapangan solfatara/fumarola pada tingkah lemah

Pos Pengamatan Gunung api Guntur, Jawa Barat

Pos Pengamatan Gunungapi Lokon, Sulawesi Utara (kiri)Pos Pengamatan Gunung api Kelimutu,Flores (kanan)

Peta Kawasan Rawan Bencana Gunung api Egon, Flores Timur



PROSEDUR TETAP TINGKAT KEGIATAN GUNUNG API
1.
Aktif Normal (Level I)
Kegiatan gunung api berdasarkan pengamatan dari hasil visual, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya tidak memperlihatkan adanya kelainan
2.
Waspada (Level II)
Terjadi peningkatan kegiatan berupa kelainan yang tampak secara visual atau hasil pemeriksaan kawah, kegempaan dan gejala vulkanik lainnya
3.
Siaga (Level III)
Peningkatan semakin nyata hasil pengamatan visual/pemeriksaan kawah, kegempaan dan metoda lain saling mendukung. Berdasarkan analisis, perubahan kegiatan cenderung diikuti letusan
4.
Awas (Level IV)
Menjelang letusan utama, letusan awal mulai terjadi berupa abu/asap. Berdasarkan analisis data pengamatan, segera akan diikuti letusan utama


Radio Komunikasi dari Pos-Pos PGA ke DVMBG

Dam pengelak lahar di lereng G. Merapi, Jawa Tengah. (Promer)


BAB III KESIMPULAN DAN SARAN


A. Kesimpulan
Gunung meletus merupakan suatu bencana alam yang sangat dasyat. Sudah banyak manusia yang tewas pada bencana alam ini. Pada saat terjadi gunung meletus banyak bahaya langsung yang dirasakan penduduk sekitar yaitu leleran lava, aliran piroklastik/ awan panas, jatuhan piroklastik, lahar letusan, dan gas vulkanik beracun. Bahaya sekunder yang terjadi pada saat atau setelah terjadi gunung meletus yaitu lahar hujan, banjir bandang, dan longsoran vulkanik.

B. Saran
Sebaiknya di setiap gunung api yang masih aktif ada pos pengawasan yang dilengkapi dengan alat-alat pemantauan yang akurat. Informasikan atau komukasikan segala tanda bahaya yang diperoleh sedini mungkin kepada masyarakat atau melalui kepala desa masing-masing. Buat sirene tanda bahaya untuk mengingatkan penduduk untuk segera mengungsi bila keadaaan tambah gawat. Pembuatan sungai yang khusus untuk aliran lahar dan membuat tanggul yang kokoh untuk melindungi desa dari aliran lahar.


DAFTAR PUSTAKA

§ id.wikipedia.org/wiki/Gunung_Berapi
§ merapi.vsi.esdm.go.id
§ www.geocities.com
§ www.arrahmah.com
§ Encarta Premium 2006